Rabu, 19 Desember 2012

Candi Plaosan: The Great Temple For Future,... Please

Plaosan Temple
woww... wowww.. dan wooWW JOGJAA !!! itu kalimat yang terucap dari mulutku ketika turun dari motor di area parkir yang bertuliskan "CANDI PLAOSAN".  Baru sadar ternyata saya dan teman saya belum mandi pagi itu.  Tulis saja dalam sejarah cerita ini pada suatu hari Jumat, yang orang-orang bilang itu awal dari "kebebasan" (karena sabtu-minggu jelas pada off kerja). Rencana kami adalah ingin hunting objek natural di sekitaran Jogjakarta dengan teman yang hobi motret sana sinih (baca: Potretgapher), akhirnya saya tunjukan diantara candi-candi yang megah dibalik kehebatan Borobudur, Prambanan ataupun Ratu Boko, inilah tempatnya.  Orang-orang menyebutnya candi Plaosan (Eng: Plaosan Temple). Terletak di daerah Plaosan, Bugisan, Prambanan, Kab. Klaten, Provinsi Jawa Tengah.  Tidak usah bingung cari lokasinya, memang di petunjuk arah sangat minim apalagi tertutup dengan kemegahan candi Prambanan. Nah kalo pas ke Prambanan saya sarankan jangan puas dulu dengan keindahan dan kemegahan Prambanan, Anda harus lihat juga Candi Plaosan ini.  Letaknya gak jauh kok dari Candi Prambanan.  Anda tinggal berkendara mengarah ke utara kurang lebih 2 Km dari jalan raya depan pintu gerbang masuk Candi Prambanan.  Sekitar 2 km anda akan menjumpai sawah-sawah beserta barisan ilalang yang tertiup angin sepoi-sepoi dipinggir jalan. Dan diatas hijaunya sawah serta alunan tarian ilalang itulah berdiri megah dan natural Candi Plaosan. (kalo ga ngeliat, makanya kl berkendara ke arah utara dari jalan tadi, tengoklah ke kanan biar ketahuan)
View dari Candi Plaosan 1
Tidak semua orang tahu tentang candi Plaosan. kenapa?? Jelas masih kalah nama dengan yang namanya candi Prambanan dan Ratu Boko. Namun yang saya kagumin adalah keindahan natural yang dibalut dengan kemegahan batu-batu yang terukir besar yang disebut oleh arkeolog itu namanya Candi.  
Kesan pertama teman saya lihat candi itu " woww kita serasa di Kamboja, kenapa? Candi ini besar dan mirip dengan candi yang di Kamboja, kalo gak salah angkor...angkor apaan gitu, hehehee (baca: Angkor Wat). buat bandingin liat aja photonya yah :))
Relief Candi Plaosan dari belakang
Bener deh ini candi gede banget, penduduk situ bilang ini candi kembar, kenapa? karena terdapat 2 candi utama yang sama persis (sepasang gitu). Diungkapkan oleh mereka, "memang sih posisinya berdekatan dengan candi Prambanan tapi teksturnya beda, mas".  Penduduk bilang sih menurut sejarahnya yang bangun niy candi adalah Rakai Pikatan dari dinasti Syailendra yang merupakan candi budha. Coba buka buku sejarahnya... Candi Prambanan Candi apa hayo?? jangan ngejawab candi Roro Jonggrang lho, heheheeee, maksudnya candi budha ato hindu??
Saya ingat betul ketika dulu sekitar tahun 2003 kesini, belum dipugar sebesar ini, apalagi pas gempa Jogjakarta (2006) area kompleks candi ini kena imbasnya juga lho, akhirnya banyak yang rubuh alias batunya berguguran. Tapi begitu saya masuk ke area pagi itu, woww bener2 kerenlah.  Keren bukan hanya untuk sekarang, tapi candi ini bakal keren untuk masa depan, dan sekarang memang sedang bener-bener dipugar untuk target pariwisata kab. Klaten dimasa mendatang.  Dan berita itu memang benar bisa anda buktikan ketika anda melihatnya sekarang. Jika kesana pasti tidak bakal ada tulisan "Mohon Doa Restu" (hehee bukan resepsi lho) tapi tulisannya "ada pekerjaan pemugaran dari dinas kebudayaan dan pariwisata".
Tampak Pemugaran 
Satu lagi bukti pemugaran adalah ketika kami berdua berjalan menujua area candi, belum ada gerbang utama yang mengelilingi kompleks candi-candi itu, yang terlihat adalah sawah dan lahan tebu yang memanjang di penjuru 4 arah.  Ada juga beberapa pekerja-pekerja yang sedang bekerja keras merekonstruksi dan merancang kembali candi-candi ini satu demi satu.  Begitu kami mengarah kesana, perhatian kami tertuju pada area candi itu, yang menjadi pusat perhatian kami adalah candi utama yang besar. Dan ternyata tidak cuma satu?? ada dua alias sepasang alias kembar (nah ini tadi yang dibilang penduduk situ).   Ohhiyaaa karena sedang dalam pemugaran pihak panitia dari candi itu tidak memasang tarif masuk lho.... nahh beruntunglah kami berdua.  Kami hanya disuruh mengisi buku tamu dan tee..teeettttt pegunjung hari itu adalah hanya saya dengan teman saya.  Heheheeee coba ada promo 2 pengunjung pertama dapat bonus... pasti kami berdualah yang dapat doorprize nya (bismillah). 
Kompleks candi Plaosan

Gambaran candi akan saya tulisin agak detail disini ya: mulai dari candi Plaosan Lor yang terdiri dari candi kembar besar itu.  didepan masing-masing candi tersebut terdapat halamannya.  Candi-candi itu dikelilingi memutar candi-candi kecil seperti di borobudur.  Tapi candi-candi kecil itu belumlah sempurna, baru beberapa buah saja yang sudah nampak berdiri. Tapi untuk next nya kalo udah sempurna bakalan baguzzz (gak pake s, tapi pake zz).  
Tingkat 1 Candi Plaosan
Setelah masuk halaman candi tersebut, terdapat teras yang tidak begitu luas, tapi kami pastikan anda dapat berlari-lari diteras tersebut dan terletak pada posisi berundak.  Tidak cuma hanya sampai nongkrong diteras terus selesai, kami pun bisa masuk ke dalam candi yang besar itu.  Di dalam ruangan candi terdapat 2-3 ruangan.  ruangan itu tidak bersekat namun saling terhubung.  Di dalam ruang tersebut anda akan menemukan patung-patung pemujaan. Tidak hanya patung lho, ditembok juga terukir klasik gambar-gambar cerita tentang cerita jaman dulu. Oiya mengenai gambar-gambar yang ditembok itu, kalo menurut orang sejarah nyebutinnya "relief".  Yang unik relief disini adalah adanya relief bergambar pria dan wanita. Gak begitu tahu apa maksudnya karena harus buka lagi buku sejarah jaman mataram kuno dulu.  Tapi yang jelas nampak ada keseimbangan dalam kehidupan di dunia ini, salah satu filosofinya dari kehidupan alam dan manusia yang saling berinteraksi didalamnya. heemmmmmm #bukantwitsepik lho. ini filosofi aja tentang apa yang saya lihat disana (pendapat saya).  
Tampak dari depan
Tapi emang megah kok candinya dan natural.  Sudah tak bayangin kalo sempurna nanti dan pemerintah serius nih,  bakalan banyak orang-orang berkunjung disini nanti.  
Oiyaa candi Plaosan ini juga sering digunakan oleh pasangan yang mengambil lokasi pre-weding disini lho untuk area lokal.  ... recomended sihh apalagi kalo sudah bawa pasangan yang siap disanding dipelaminan. Semoga langgeng seperti candi ini.
Kemudian gambaran tentang candi Plaosan Kidul gambarannya tidak semegah candi Plaosan Lor.  Candinya tampak kecil namun terlihat rapi lho. antara kompleks candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul berbeda kompleks lho terpisah area kurang lebih 50 m dan anda harus berjalan satu kompleks ke kompleks yang satunya.  Tapi tenang aja bisa dijangkau kok dan bakal berkesan deh, so natural candinya.
Okay disimak aja ya, bagian terakhir dari tulisan ini.  Yang mesti disiapin buat ke Candi Plaosan adalah:

  1. Pastikan anda sudah pernah mengunjungi candi Prambanan dan Candi Sewu
  2. Pastikan anda harus berkendaraan untuk menuju TKP, jika tidak membawa kendaraan pribadi anda bisa minta antar Ojeg (angkutan belum ada) dari candi Prambanan, tarif  Rp. 10.000 - Rp. 15.000 (nego aja)
  3. Siapin uang Rp. 2000 untuk parkir Sepeda Motor atau Rp. 4000 untuk roda 4
  4. Siapin Uang 3000 - 5000 untuk tiket masuk (informasi dari pengelola)
  5. Bawa kamera
  6. Bawa Topi
  7. Bawa Air Minum
ini ceritaku, mana tulisanmu... ??
Candi Plaosan Lor






Senin, 17 Desember 2012

Rombongan Yang Terbuang di Jawa Timur The Park

Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta pukul 21.40 WIB kami berangkat menuju Stasiun kota Jombang, dengan kereta ekomoni Gaya Baru Malam.  Suasana nyante didalam dinginnya kereta api menuju arah terbitnya ufuk sang fajar.
Kami berangkat berempat, Pepet, Destira, Firli dan Asri, berhubung kami cuman berempat sehingga seperti “Rombongan Yang Terbuang”. Hahaaaa kenapa?? karena yang lain ternyata lagi punya agenda tersendiri, yang terpenting berangkat !!!
Malam cerah tanpa hujan sehingga kami bisa menikmati udara malam selama perjalanan Jogjakarta – Jombang. Kami sampai di stasiun kota Jombang pukul 01.45 WIB, dan sudah di jemput oleh kawan kami Mas Indra . Dari Stasiun kota Jombang  kami meneruskan perjalan ke Kota Pare untuk beristirahat. Rumah Singgah kali ini di Pare di rumah saudaranya Jayeng. Tau gak kenapa tu kota dinamakan Pare?? googling ajahh nanti bakal nemuin kata istilah Pare yang unik (tp jangan mlongoo yaa, rek)

#Hari pertama
Tujuan kami adalah kota Batu, kami berangkat pukul 08.00 WIB dari kota pare, perjalan yang kami tempuh sekitar 2 jam, dengan kendaraan pribadi. Setiba di kota batu tujuan pertama kami adalah Batu Secret Zoo dan Museum Satwa.   Kami memulai dari museum satwa, begitu bagus dan lengkapnya informasi yang ada di museum satwa ini. Setelah itu kami meneruskan ke Batu Secret Zoo, kebun binatang modern, di tambah foodcourt yang lengkap, dan beberapa wahana permainan, yang lumayan memacu adrenalin.
Setelah dari Batu Secret Zoo, kami menuju BNS (Batu Night Spetacular), tp sebelumnya kami menjemput teman kami Aufaahlaa  yang menyusul ke rombongan kami.  Dan kerepotann pun akhirnya dataaaaangggg, (imajinasikan aja sendiri :p)
Akhirnya kami pulang ke Pare, sebelum pulang kerumah singgah kami berhenti untuk makan malam, makanan pecel khas jawa timur cukup membuat kenyang dan mempersiapkan diri buat esok hari.
#Hari Kedua
Tujuan kami adalah Waterpark Ciputra, di Citraland Surabaya, kami berangkat pagi dari pare. Pukul  06.30 WIB kami mengawali perjalan ke kota pahlawan Surabaya, dengan bermodal GPS manual (Tanya Sana Sini) dan GPS HandPhone.
Setelah mengandalkan GPS dan Tanya sana sini akhirnya kami sampai di Waterpark Cipurtra…………………………… Singkat cerita kami pun selesai bermain main d Waterpark Ciputra, tujuan kami selanjutnya adalah stasiun Gubeng Surabaya. Setelah injuri time antara Waterpark Ciputra – Stasiun Gubeng Surabaya, kami sampai di Stasiun Gubeng Surabaya untuk perjanan Pulang ke kota Pelajar Jogjakarta.  Pukul 20.50 WIB kami sampai di Stasiun Tugu Jogjakarta, dan kami pun pulang kerumah masing-masing bersiap-siap untuk aktivitas esok paginya.
Terima Kasih Kawan-kawan atas perjalan dan pengalamannya.

Nieh rinciannya dicatett yaa
Biaya Masuk Objek Wisata
#Museum Satwa + Batu Secret Zoo
:
Rp. 75.000
:
Tiket terusan, dan sudah termasuk biaya Wahana Permainan
#BNS (Batu Night Spetacular)
:
Rp. 15.000
:
Belum Termasuk Wahana Permainan
#Waterpark Ciputra
:
Rp. 70.000
:



Minggu, 16 Desember 2012

Nikmatnya Aliran Jeram Palayangan & Nuansa Segernya Agrowisata Teh

>> Rafting di sungai Palayangan dan Tea Walk di Agrowisata Malabar Pangalengan <<
Perjalanan Bandung kota menuju Pangalengan (sebuah lokasi yang ada di Bandung selatan) memakan waktu sekitar 3 jam. Karena udah gelap dan udah ga bisa liat pemandangan gw memilih tidur (inilah salah satu dari sekian hobi gw, yep, tidur).  Sebut kita orang-orang yang punya energi berlebih kalo dah denger kata “trip” dan liat “tanggal merah”, gimana gak jam1 dini hari sampe pangalengan udah ngerangkai mau rafting plus tea walk hahah. 
Oke karna dah pagi juga kita istirahat deh. Ohya, Tempat singgah kali ini di sponsori oleh bang Yudhis, doi punya rumah disini (call me the girl in the right place and time, mencium aroma gratis lagi hahha). Pagi terang datang juga, jam 7 udah kudu bangun karena ternyata gw orang terakhir yg bangun hehe. Udara pagi disini sejuknya dahsyat, dingin, seger, kalo di jakarta mah pake AC juga ga ajib kayak gini. Jam 8 kentang goreng, nasi goreng, teh plus kopi anget tersedia di meja. Kurang sempurna apa coba liburan ini. Sarapan selesai dan tentunya tanpa mandi (diucapkan dengan sangat bangga) kita cus ke tempat rafting. Keluar rumah, masih di bikin syok seneng karena mata dimanjain sama hamparan hijau indah tiada tara yang bikin deg-degan melibihi ketemu cowo cakep. Ah Indonesia indah banget si kamu. Then, nyampe di tempat rafting langsung nemuin crewnya, bagi dan pasang peralatan macem dayungm, helm, dan pelampung dilanjut latian dayung dibawah instruksi crew nya.  
Menurut crewnya, enaknya rafting di sini debit airnya bisa diatur karena air yang ngalir disungai berasal dari waduk. Oke sip, rafting dimulai. Banyak ngelewatin batu-batu gede dan beberapa turunan yang bikin gw kuyup dan hanyut macem cucian bajunya bawang putih. Belom lagi bang Togi, bang Yudhis, dan Ayah yang teriak-teiak mulu serta bang Delly yang tau-tau ilang karena kecemplung diem-diem di turunan pertama bikin rafting ini serunya kebangetan. Ditambah pemandangan sekitar sungai yang Masya Allah indahnya. Karena selesai rafting udah agak siang jadi belang eksotis dah kita hehe. Puas dan capek rafting, kita balik ke rumah untuk mandi dan packing.
Eits dikata kelebihan energi, kita nyempetin diri tea walk di Malabar. Kebetulan tempatnya ga begitu jauh.  Entah ini bonus keberapa yak, disitu juga ada kayak tugu dan makam K.A.R Bosscha (hayo familiar donk sama nama ini??).  kenarsisan pun merajalela, dimana ada spot bagus kita pose dan berkah air dari langit lagi lah yang bikin kita sadar kalo udah narsis kebangetan hahaha. Mau ga mau kita masuk mobil cus perjalanan pulang. Hal terakhir adalah wisata oleh-oleh pangalengan. Yang ini ga boleh lupa deh. Mulai dari susu segar murni, yogurt, sampe dodol susu kudu icip deh.  Selesai borong oleh-oleh kita lanjut makan siang yang udah telat teramat sangat (pantes pas makan pada jadi pendiem smua, fokus maksimal).  Lanjut perjalanan pulang dan akhirnya jam 7.30 gw sampe di rumah. ini trip dadakan nan labil tapi sempurnanya kece badai, kalah lah cetar nya syahrini yang membahana.  Ini liburanku, mana liburan mu.

>>>>> budgeting repporting




Situs Megalith Gunung Padang Tapi Bukan Trip Di Padang Tempatnya??

Aaaakkkk libur panjang.....oh well pas liat tanggal merah dr kamis. Jumat, sabtu, minggu nyambung terus adalah sebuah penyiksaan bagi fakir ngetrip macem gw yang udah menahan diri gak ngetrip 1 bulan demi ngetrip yang lebih baik (diungkapkan dengan 1 hembusan napas aja ini).
Ohh bentar-bentar gw mau curhat dl nih.  Setelah dikritik di tulisan sebelomnya yang dianggep kurang gokil dan terlalu resmii kaya pembaca berita dan fine akhirnya gw memutuskan untuk pake gaya ngomong gw sehari-hari.
Udah yuk kita fokus sama cerita gw lagi.  Sebenernya liburan panjang tanggal 15,16,17,18 november ini gw ga punya planning kemana-mana karena minggu depannya dah punya plan ngetrip. Dan dweeengggg temen ada yang ngajak jalan si fakir ngetrip ini.  Yak kalian boleh lah ngatain gw orang beruntung karna ngetrip ini ada yg temen berbaik hati (gw manggilnya Ayah) nyediain mobil pribadinya (terdengar seperti tinggal duduk manis saja hahaha). Gak pikir panjang langsung buka lemari dan packing, padahal rencana kemana aja belom fix.  Well, sementara di grup masih labil mau pergi kemana, gw dah duduk manis meluk carrier yang udah sebulan gak nempel di punggung. Entah udah ribut beberapa lama akhirnya tercetus ide ke situs megalit Gunung Padang, Cianjur dan Arum Jeram ke Pangalengan.  Tapi tetep namanya liburan fakir trip yg galau nan labil, anggotanya masih pasang surut. Ditambah lagi biaya yang bakal dikeluarin berapa pun belom jelas. Pokoknya budget nya seminim mungkin dah.

>> Ni dengerin cerita gw yang pertama sebut aja nama lokasinya 
Situs Megalit Gunung Padang, desa Karyamukti, campaka, cianjur, Jawa-barat <<
Singkat cerita nih mulai persiapan hari rabu nihh tanggal 14 November 2012, semuanya udah fix. maksudnya dari segi anggota, tujuan, dan meeting point. Seperti habit-habit gw yg sehari-hari harus pulang kantor trus ngendem dikamar, tapi hari niy gw sehabis pulang kantor langsung cus ke bekasi soalnya kamis pagi langsung cabut ke cianjur pagi-pagi. Kamis pagi berangkat sekitar jam 6.45 am dr bekasi menuju cianjur.   Hiyak, gw dan tim trip labil ini pilih berangkat kamis pagi dengan harapan lancar dan thank God jalanan lancar padat. Kita sepakat ambil jalur lewat bandung (ini mah sebenernya kesepakatan yang bisa nyetir, secara gw mah dibelakang ajah hihi). Selama perjalanan ke arah cianjur, sekitar jam 10.00 am, gw dan tim sempet mampir di parade Es Cincau Jembatan Citarum tepatnya di JL.Raya Bandung, Rajamandala.  
Gak cuma ada es cincau koq, ada bakso juga. Untuk ukuran tempat si mayan deh buat nyelonjorin kaki, tapi kalo rasa, hhmmm gw kurang cocok.  Perjalanan lanjut lagi. Sampe lah kita ke sebuah desa yang katanya disitu lah letak situs megalit Terbesar se Asia Tenggara, Gunung Padang. 
Sempat tanya-tanya si jarak dr masuk desa ke tempat yang kita tuju. Dan hiyak jauh aja men. Jalan menuju Gunung padang lumayan berkelok-kelok dan terjal serta agak becek karena abis ujan. Disini skill abang Yudhis (@jejak_wahsya) sang pengemudi diuji (congrats lo lulus :D) . Meeenn kalo masalah jalanan yg segitunya gak ada apa-apanya dibanding pemandangan yang ada disepanjang jalan, isinya kebon teh dan persawahan yang terhampar luas, hikau, sejuk, ah yang narsis mah bakal puas foto-foto. 3 km menuju gunung Padang kita rehat makan siang dan sholat Dzuhur. Dari ibu warung yang kita singgahi, beliau cerita kalo disini air untuk mck nya beli, agak susah kali ya.  Well, selesai isoma, kita lanjut lagi. Ga sampe 20 menit sampe deh kita di tempat tujuan. Pas mau masuk, kita di bekelin sedikit penjelasan sama bapak penjaga pintu masuk. Kata beliau ada 2 tangga yang bisa dipake buat ke Situs ini yang kiri tangga asli, ada 150 anak tangga (naeknya agak curam), yang kanan 350 anak tangga (yang ini landai). Biasa deh namanya juga tim labil, kayak gini dirapatin dulu (ini agak lebai si :p), akhirnya kita milih tangga yang asli. Hoshhh, mayan ngos-ngosan. Sampe di atas, jeng jeng...indaaaaahhh, hijau, dan bebatuan prasejarah adalah pemandangan yang ada di atas dan enaknya lagi pengunjung gak rame disini hehe. 
Seperti tempat wisata lainnya, situs ini ada juga laranggannya yaitu bebatuan yang menumpuk ga boleh di injek ato di naiki, kecuali batu yang emang ada dibawah yang ga terhindarkan lagi untuk diinjek.  Tim labil ini pun pasang aksi berfoto-foto ria, cuman ujan yang bikin kita bubar hehe. Untuk yang keujanan pas kesini, jangan khawatir, ada tempat neduhnya kok, bisa liat view desa sekitar dari tempat neduh ini yang kebetulan bertingkat. Ini bonus banget. Udah puas nikmatin alam dan narsis diatas kita turun deh, kali ini milih tangga buatan, biar smua ternyobain.  Mayan juga bikin kaki geter-geter. 
Petualangan hari kedua bakal dimulai, tapi sayangnya 2 peserta trip yaitu mbak @endangprih dan @pup0 alias putri harus tereliminasi (kemudian kita pelukan grup dan nangis-nangisan gt. Oh well ini lebai abis).  Dua orang ini kudu pulang kemis malem karena kerja di hari jumatnya, padahal udah di racunin dengan berbagai cara tapi kekeuh pada pulang. Semua nyerah deh dan merelakan mereka pulang. Setelah makan malem dan anter 2 orang tadi ke travel, tim yang tersisa yaitu gw, Ayah, bang Togi (@tambunanTogi), bang delly (@d_4ndrian), dan bang Yudhis (twitter namenya udah gw sebut diatas hehe) nyempetin ngemil roti bakar dan susu anget di Madtari bandung.  Kali inifokusnya ga kemakanan tapi ke pengunjung yang bening-bening. Hehehe. Okeh perjalanan hari ini selesai. Hari kedua lanjut baca disini yee (klik aje tentang Arung Jeram & Kebun Teh)

Selasa, 13 November 2012

Berakhir Pekan di Kota Wonosobo

Mungkin ini terasa begitu terlambat bagi kami untuk membagikan cerita ini kepada teman-teman “turisers” semua. Namun bagi kami itu tak jadi soal, karena melihat padatnya jadwal kami masing-masing yang teramat sibuk dan sarat akan aktifitas yang berjejal disetiap harinya (dibaca: “sok sibuk”). Baiklah, ini sekelumit cerita dari kami yang akan kami bagikan untuk teman-teman semua.

Ada sedikit cerita kecil dari kami dibeberapa minggu yang lalu ketika kami berlibur ke sebuah kota pegunungan di Jawa Tengah, tepatnya kota Wonosobo. Kota yang menjadi gerbang utama menuju objek wisata pegunungan Dieng. Awal cerita liburan kami ini sungguh tidak ada rencana dan terkesan spontan sekali, karena berawal dari oboral dijejaring Sosial Facebook ketika saling berbalas post comment. Dan dari obrolan itulah, mulai meluas ke tahap share info ke teman-teman yang lain. Karena pada prinsipnya: “Kebahagian itu harus dibagikan, dan tidak untuk disimpan sendiri”. (penulis)

#HARI PERTAMA (27 Oktober 2012)
Rumah Singgah
Kami yang terbagi menjadi 3 keloter dan bertolak menuju kota pegunungan di Jawa Tengah yaitu Wonosobo. Dimulai oleh Tim Alfa (Keloter I) yang terdiri dari Rully, Budi dan saya sendiri. Kami bertolak menuju Wonosobo tepat pukul 13.22 WIB via jalur pegunungan Bruno – Kepil dengan mengendarai sepeda motor. Meskipun perjalanan kami sempat terhambat karena ban bocor di sekitar wilayah Kepil, namun akhirnya kami pun tiba di Rumah Singgah kawan kami Freddy di Wonosobo sekitar pukul 16.00 WIB. Disusul kemudian oleh Tim Bravo (keloter II) yang terdiri dari Tomy dan Indra'Jayeng. Jalur yang mereka tempuh menggunakan mobil cukup jauh, karena harus menjemput peserta tim yang lain, yaitu Firli dan Destira. Adapun jalur Tim Bravo adalah Kutoarjo – Wates – Jogja – Salaman, Magelang – Wonosobo. Sekitar pukul 20.35 WIB Tim Bravo tiba di Rumah Singgah Wonosobo, itupun sesudah Tim Charlie (keloter III) yang terdiri dari Rocky dan Hendra yang tiba lebih dahulu di Wonosobo pada pukul 20.00 WIB dengan rute yang hampir sama dengan Tim Bravo (Jogja - Salaman, Magelang - Wonosobo).
Bercengkrama hingga larut
Akhirnya seluruh peserta sudah berkumpul di Rumah Singgah, kecuali Rully dan Budi yang tidak dapat bergabung malam itu karena sudah ada janji bermalam dirumah teman mereka yang lain. Hari pun mulai berlanjut larut, segala keperluan akomodasi sudah disiapkan oleh keluarga dari kawan kami Freddy. Namun tidak semua dari peserta yang ada “mau” langsung beristirahat. Dan benar saja, kami yang malam itu terdiri dari Rocky, Freddy, Bowo, Firly, Jayeng, Hendra dan saya sendiri memutuskan untuk “nglitéh” (dalam bahasa Indonesia berarti pergi keluar rumah mencari angin, jalan-jalan atau mencari sesuatu). Sepulang dari “nglitéh” pun, kami lanjutkan dengan aktivitas SNI ala anak cowok ketika berkumpul yaitu main kartu. Karena saya tidak cukup pandai dalam bermain kartu, maka saya putuskan untuk menyaksikan serunya permainan kartu malam itu. Penuh canda tawa dan obrolan seru sepanjang malam dan tanpa terasa jarum jam pun sudah menunjukan pukul 1.00 WIB dini hari. Maka beranjaklah kami untuk benar-benar istirahat merebahkan badan setelah sepanjang siang hingga petang kami melakukan perjalanan.

#HARI KEDUA (28 Oktober 2012)
Minggu Pagi di Alun-alun Wonosobo
Sinar mentari mulai membelah sejuknya udara pagi di kota Wonosobo. Teh hangat dan kudapan pun sudah tersaji di meja taman pagi itu, tanpa berpikir lama kami pun langsung menghampiri. Sempat berbicang sesaat pagi itu, dan munculah rencana untuk “Sunmor” ke alun-alun Wonosobo yang kebetulan tidak jauh dari Rumah kawan kami itu. Tidak berlama-lama, kami pun beranjak cuci muka dan langsung berjalan kaki menuju alun-alun Wonosobo.
Setiba disana, mata kami pun terperangah menyaksikan situasi alun-alun pagi itu yang ramai dengan berbagai kegiatan warga masyarakat setempat, mulai dari aktivitas olah-raga, lapak-lapak yang digelar, dan aktivitas dari berbagai komunitas disana. Tidak berselang lama, kamipun berpencar. Ada dari kami yang gabung dengan pemuda setempat bermain bola basket, ada juga yang mengadakan reuni diklat kecil-kecilan, dan saya sendiri bersama Indra'Jayeng dan Firli berkeliling sambil cuci mata. Sampai pada akhirnya kawan kami Indra'Jayeng jatuh hati pada seorang gadis berjilbab disana. Namun diluar rasa takjub kami akan hidupnya suasana alun-alun kota Wonosobo pagi itu, ada yang lebih membuat kami terheran-heran pagi itu. Ketika kami berkeliling disekitaran alun-alun kota, kami melewati sebuah gedung serba guna di kota itu. Kebetulan di Gedung tersebut tengah diadakan semacam Gigs Metal oleh scene underground setempat. Bukan gigs’nya yang membuat kami heran, namun seperti mimpi saja ketika melihat ada gigs terpagi yang pernah kami temui (sekitar jam 8.00 pagi). Sepertinya kali ini kami harus katakan “WOW dan sambil koprol pula”. Waktu terus berjalan, siang pun mulai menjelang. Kami pun harus kembali ke Rumah Singgah untuk melanjutkan agenda kami yang sesungguhnya #RAFTING_SERAYU28102012 (silahkan klik untuk melihat album foto kami).
Overload
Ada hal yang membuat kami memacu adrenaline dipagi itu, yaitu disaat kami akan kembali ke Rumah Singgah kami menggunakan jasa angkutan tradisional tempo dulu (Dokar). Letak keanehannya bukan pada Dokar yang kami tumpangi, tapi adalah pada kami sendiri. Dimana kami terlalu memaksakan muatan terhadap alat transportasi tradisional tersebut. Hal yang lebih membuat kami miris adalah laju si kuda yang menarik kami sempat zig-zag. (dibaca: keberatan karena overload)
"Mejeng" at the Resto


Tepat sekitar pukul 10.00 siang kami pun berangkat menuju ke lokasi rafting di wilayah Banjarnegara. Perjalanan dari rumah teman kami menuju lokasi sekitar 30-40 menit, ini merupakan jarak yang tidak teramat jauh. Beberapa dari kami mengendarai mobil dan sisanya menempuh rute tersebut dengan sepeda motor. Sesampai disana, kami sempatkan berfoto-foto dan mulai mencairkan suasana dengan canda dan tawa. Kebetulan ada peserta yang menyusul bernama Wulan (sahabat dari Destira) dan asli dari Banjarnegara pula. Dengan logat ngapakyang khas ternyata Wulan juga pandai mencairkan suasana siang itu yang kebetulan cukup terik dan “kurang air minum” (dibaca: bekal minum saya diramas para begundal). Matahari kian meninggi, sekitar pukul 11.45 tibalah giliran kami untuk terjun ke sungai. Pengarahan demi pengarahan pun disampaikan oleh instruktur yang akan memandu jalannya rafting siang itu sembari kami mengenakan perlengkap rafting yang telah disediakan oleh pengelola setempat.

“…Byarr byurr byarr byurr byarr…”

Pengarahan
Yak!! Sekitar pukul 12.00 kami mulai turun ke sungai dan mengarungi aliran sungai Serayu itu. Menit-menit pertama masih terasa biasa saja. Namun lepas sepuluh menit berlalu, jeram demi jeram pun mulai menggoyang perahu karet kami. Bentuk dan tingkat kecuraman jeram yang dilalui pun bervariasi, dan terus diiringi teriak histeris dan degub jantung kami. Sesekali kami memang menemui bagian yang landai dan tenang, namun Sungai Serayu tidak ijinkan kami berlama-lama menghela nafas, dan kami pun mulai dikoyak kembali oleh jajaran jeram yang menggelombang.
Arungi Jeram
Sisipan cerita ditengah perjalanan
Tepat ketika ditengah perjalanan siang itu tibalah kami di rest area, sajian kepala muda pun sudah siap menanti kami disana. Lumayan cukup memberi energi tambahan buat kami disiang itu yang dihajar jeram Sungai Serayu tiada hentinya. Namun ada sekelumit cerita pedih dibalik keceriaan saat itu. Tepat sesaat sebelum sampai di Rest Area, pemandu diperahu kami (penulis) bercerita tentang keprihatinan yang dia rasakan terhadap Sungai Serayu itu. “Dari sekian pajang rute Sungai Serayu ini, hanya ada satu titik yang terburuk yaitu disini mas” kata pemandu kami, dan kami pun balik bertanya “emangnya kenapa, mas?”. Sambil menunjukan jarinya kearah sebuah bangunan pabrik, pemandu kami menjawab “Itu penyebab mengapa mulai dari titik ini, Sungai Serayu menjadi kotor dan terpolusi karena keberadaan industri olahan kayu yang serta merta limbah hasil produksinya tidak terkelola dengan baik. Akibatnya mencemari sungai dan mengganggu ekosistem sungai. Kami dan penduduk sekitar yang disertai oleh LSM pernah mengadukan hal tersebut ke pihak pemerintah, namun laporan hanya sekedar laporan. Tidak pernah ada tindak lanjut yang nyata dari pihak berwenang atas laporan kami”. Mendengar cerita tersebut, kami pun sedikit perihatin akan kemalangan yang menimpa Sungai Serayu selama ini. Dan sangat berharap besar, pemerintah benar-benar mampu “bicara dan bertindak tegas”. Karena ini juga menyangkut wajah dan citra pariwisata dari kota Banjarnegara sendiri, jangan sampai ada pembiaran dan aksi tutup mata sehingga berlarut-larut terjadi menimpa keasrian Sungai Serayu yang menjadi salah satu icon pariwisata.
Rest Area
Rest area pun kami tinggalkan, pengarungan sungai pun harus kami selesaikan. Masih tersisa beberapa jeram menghadang didepan sana. Dan teriakan demi teriakan diselingi tertawa gelipun mulai terdengar warnai kilometer terakhir. Tanpa terasa akhirnya pun kami tiba di pemberhentian terakhir kami siang itu. Mobil angkutan lokal yang disewa untuk membawa kami pulang ke titik awalpun sudah siap menanti kami didekat jembatan goyang.
Sekitar pukul 14.35 sampailah kami di titik awal (restoran). Dari kejauhan tercium aroma paduan kecap dan bumbu yang terlumat bara api panggangan, seolah menuntun tiap langkah kami mencari asal bau harum itu. Dan benar saja, dimeja bambu itu sudah siap tersaji hidangan yang menggoda selera. Ada sayur dan ikan bakar, lengkap dengan sambal dan lalapannya. Sungguh kian membuat kami hanyut, dalam rasa lapar yang mendera kami sepanjang siang itu. Wajar saja kami “lapar dan lelah maksikmal”, karena kebetulan debit air Sungai Serayu saat itu memang tidak seperti biasanya. Hal ini dikarena musim penghujan yang tak rutin kunjung datang menghampiri. Sehingga memaksa kami mendayung dan lebih bekerja keras melaju perahu karet kami.

“…kembali ke rumah singgah…”

Rombongan kami pun beranjak kembali ke Rumah Singgah di kota Wonosobo. Hujan pun turun dengan cukup deras, seolah menyambut kepulangan kami ke kota Wonosobo. Tidak berselang lama kami tiba di Rumah Singgah, ibunda kawan kami pun sudah menyiapkan mie rebus dan minuman hangat. Sungguh makin kami dimanjakan selama kami berlibur disana. Sembari istirahat kami pun mulai mengemas barang bawaan kami, karena kami harus kembali ke rumah kami masing-masing. Sekitar pukul 17.30, Tim Alfa yang terdiri dari Rully, Budi dan saya sendiri berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Hal ini mengingat cuaca dan rute yang akan kami hadapi (Wonosobo – Kutoarjo, via Kepil – Bruno), maka kami harus bergegas pulang. Sekitar pukul 19.00 WIB pun sampai di kota awal kami berangkat, yaitu Kutoarjo.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya, bila penulis tidak dapat menceritakan detail kepulangan dan perjalanan dari Tim Bravo dan Tim Charlie, hal ini dikarenakan kurang adanya komunikasi yang intensif. Penulis yang berada di Tim Alfa (pulang lebih dahulu) kurang mengetahui perkembangan berita maupun kejadian dan peristiwa setelah kepulangan kami, selain sajian penuntup “Mie Ongklok” yang disajikan oleh Ibunda kawan kami Freddy sebagai hidangan penutup. Dan terima kasih banyak untuk Ibunda dari Freddy yang sudah menjamu kami dengan sangat istimewa, serta buat Dewa yang sudah membantu mendokumentasikan #RAFTING_SERAYU28102012.
Sekian sedikit cerita dari kami, selama kami berlibur di kota Wonosobo. Semoga akan terulang kembali dan bermanfaat ketika kami saling berbagi informasi. Sekian dari kami “The Macak Turis”, sampai jumpa pada liburan yang akan datang.
Mari bertualang ceria bersama kami
“Wonosobo neng ngisore gunung, pingen seger mangano carica.
Ayo konco ojo ming nglundang-glundung, lueh penak ayo podo wisata”




Sekilas info :
Biaya regular IDR 185K/orang (per Oktober 2012), minimal 5 orang peserta dalam sekali pemberangkatan.   Adapun fasilitas yang didapat:
   - Transportasi dari finish kembali ke start,
   - Asuransi,
   - Tim Rescue,
   - Makan dan Minum 1x (Ikan bakar, sayur dan teh hangat), dan
   - Rest area: Kelapa muda dan makanan ringan (jajan pasar)
Contact person: 085743616888 (Mas Asep)

Senin, 29 Oktober 2012

Catatan Kaki Karimunjawa



--- Under Wave Karimunjawa ---
03.00 WIB : Pagi masih senyap namun nampak basah sepanjang jalanan aspal yang dipenuhi air serta rintikan suara gerimis jatuh membasahi papan selamat datang di Pelabuhan Kartini Jepara.  Mulai tersadar dari rautan mimpi-mimpi yang terbata-bata sepanjang perjalanan Jogja-Jepara di tengah malam.  Bukan karena kebersamaan kami yang mewarnai pengalaman malam untuk menuju tempat ini, namun hasrat sang pengemudi yang lekas ingin sampai pada tujuan 
kami untuk menikmati udara pagi di ujung pelabuhan Kartini. 
Gerimis kecil meyambut kedatangan kami untuk tiba di pelabuhan Kartini. Suasana nampak sangat sepi, hanya dijumpai kendaraan tradisional berpenumpang roda tiga yang terparkir di pinggir-pinggir marka parkir. Pelancong atau kami sebut turisker pun belum banyak berdatangan, hanya terhitung 4-5 orang yang menguasai kursi-kursi tunggu di pelabuhan Kartini.  Ungkapan TERIMA kASIH kepada mas sopir travel kami yang telah membawa kami dalam perjalanan hebatnya menggunakan minibus berawak 6 (enam) orang didalamnya.  Dan kami harus merelakannya untuk kembali ke Jogja dan meninggalkan kami di pinggir dermaga kecil beraromakan air laut yang tak kasat mata diwaktu itu.
Dermaga pelabuhan kartini masih Nampak sepi, dan akhirnya kami menguasai beberapa kursi-kursi ruang tunggu sembari merebahkan badan menunggu sang fajar terbit dari ujung dermaga pelabuhan.  Pagi itu juga pun mulai berdatangan para turisker yang hendak berlayar dengan kapal yang sama dengan tujuan kami.  Pagi yang senyap mulai berisik dengan suara-suara orang, travel roda 4 berdatangan, kayuhan becak dengan penumpang di dalamnya, mobil bak terbuka yang membawa sarana logistic untuk diseberangkan bersama kami menuju Pulau Karimunjawa.
dermaga kartini
KMP Muria
06.30 WIB antrian loket pelabuhan mulai terlihat dan para pelancong pun ikut memeriahkan barisan dengan satu tujuan.  Harapan mereka sama yaitu demi mendapatkan tiket penyeberangan menggunakan KMP Muria.  KMP Muria adalah kapal motor penumpang yang melayani rute Jepara – Karimunjawa dan sebaliknya.  Kapal ini merupakan favorit transportasi masyarakat karimunjawa yang hendak berpergian keluar masuk pulau karimunjawa. Perjalanan menggunakan KMP Muria memakan waktu 5-6 jam perjalanan.  Bisa anda bayangkan persiapan seperti apa yang menurut anda butuhkan untuk pilihan kapal jenis ini? Kapal ini memiliki 2 tipe kelas yaitu VIP dan Ekonomi.  Para turisker juga tidak usah khawatir dengan durasi waktu lamanya menyeberang menggunakan KMP Muria, namun ada juga pilihan kapal cepat Bahari Ekspres (pengantar pulang nanti), dengan jadwal yang berbeda, namun kami sarankan kalo bisa harus pesan jauh-jauh hari. 
sarapan pagi
08.30 WIB: Pagi itu kami sarapan dulu di warung Pak Bambang, sebuah warung kecil yang rame di pinggir dermaga kartini.  Banyak turisker yang menghabiskan segelas teh atau semangkok mie ditambah pilihan soto di meja makan yang berjajar disana.  Selain itu juga terdapat rujukan toilet sekedar cuci muka atau mandi pagi sebelum menuju ke kapal.  Tiket yang kami pesan untuk keberangkatan kami sudah dipesankan oleh Pak Bambang. Kami tinggal menuliskan nama-nama orang untuk ditiket tersebut sebagai data di pihak ASDP sana.  Segelas teh dan semangkok soto meningkatkan energy kami untuk segera bergegas menuju kapal.  Pemandangan yang kami jumpai disana tentu saja para penumpang yang rame serta suasana bongkar muat di demaga tersebut.  Tiba di Kapal suasana sudah rame, diantara banyak deretan kursi biru, hanya tinggal 1-2 deret saja yang kosong.  Dan kami akhirnya mendapatkan tempat duduk yang nyaman sambil menikmati birunya lautan. 
prepare to KMP Muria
09.00 WIB sebut saja dia hansaaa, Destira, Eri dan Rocky duduk berderet dikursi yang sama.  Dan sebut juga mereka Toomie dan Firli duduk berdua dideret yang berbeda dengan kami, namun masih dalam radius jangkauan dari keduanya.  Suasana rame dan kapal pun berangkat terlambat 30 menit dari jam seharusnya.  Angin cukup bersahabat dan matahari pun belum sempurna menunjukan rasa panasnya di awal keberangkatan kami.  Birunya air laut yang terdesak sana-sini dengan ombak laut yang tidak tenang membawa kami dalam perjalanan kapal ini.  Berbagai pengalaman kami dapatkan tentang dinamika yang ada didalam kapal ini.  Mulai dari pergerakan kapal yang pelan sehingga sering diplesetkan KMP menjadi kepanjangan dari Kapal Motor Pelan (#hahahaaa).  Kemudian hiburan musik dangdut didalam kapal tersebut, suasana ramenya orang bersenda gurau. 
15.00 WIB : Gundukan bukit berwarna hijau mulai menunjukan penampakannya dari seberang lautan ini.  Dan itulah Pulau Karimunjawa yang hendak kami singgahi dalam perjalanan kali ini.  Ini adalah kedua kali saya datang kesini sembari berpetulang menikmati keindahan pulau Karimunjawa.  Nampak berbeda dari tahun 2008 yang lalu dibandingkan sekarang.  Nampak bangunan dermaga yang mulai tertata rapi dengan fasilitas pusat informasi.  Nampak bangunan-bangunan rumah, penginapan, hotel dan resort yang terlihat berbeda dengan pengalaman 4 tahun yang lalu.  Nampak pula mas Alex pemandu kami yang ternyata orangnya sangat asyik menemani kami sepanjang petualang di pulau Karimunjawa.  Cuma satu hal yang sama di moment yang berbeda, yaitu masih aktifnya kapal-kapal nelayan dipinggir dermaga karimunjawa. 
sun set dermaga karimunjawa
Senja sore kami habiskan didermaga karimunjawa.  Homestay kami tidak jauh dari dermaga hanya berjarak 50 m dari pinggir dermaga.  Kami tinggal di rumah Bu Endang untuk rencana 3 malam kedepan.  Fasilitasnya cukup lengkap dengan kamar yang sudah berisi kasur untuk tidur serta kamar mandi didalam kamr tersebut.  Dan tidak segan-segan kami menonton tivi yang ada dirang tamu itu.  Sore hari itu kami habiskan untuk istirahat, mandi dan makan.  Dan waktu terbenamnya matahari kami curahkan waktunya di dermaga karimunjawa. 
Senja sore terbilang sangat bagus dengan suasana yang tenang dan keceriaan kita serta nuansa cerah menghiasi pulau karimunjawa.  Akhirya kami dapatkan moment terbenamnya matahari dan seiring itu pula kami berbegas kembali ke homestay.
ikan bakar alun-alun karimunjawa
19.00 WIB : Kami habiskan waktu malam menuju alun-alun pusat karimunjawa.  Sampai disana ternyata suasana sangat rame termasuk keberuntungan malam itu dengan hadirnya panggung hiburan dalam rangka memperingati hari TNI. Suasana tentu sangat rame hingga larut malam.  Malam itu kami habiskan dipinggir lapangan dengan mencicipi BAKSO KARIMUNJAWA dan DEGAN BAKAR dengan rasa dan aroma sana tentu saja.

Malam disana kami habiskan waktunya untuk beristirahat, tidak sekedar memejamkan mata, namun lebih dari menyandarkan lelah serta mimpi-mimpi indah untuk perjalanan esok pagi.

ready to snorkling
the wave cloth
06.00 WIB : Makan pagi sudah disiapkan oleh bu Endang, kami makan kemudian mandi serta bergegas menuju demaga untu bersiap-siap berpetualang.  Di dermaga sudah menunggu mas Alex beserta crew nya dan kapal-kapal yan akan mengantar kami menuju pulau panjang, menjangan besar/kecil, cemara dan tentu saja SNORKLING.  Pagi itu kami satu perahu dengan turisker lainnya sebut aja dia Andrea Capelo dan Georgia Adam.  

Dari namanya tentu saja bukan penduduk asli situ kan.  Mereka berdua memang benar2 turis yang berasal dari Italy dan Austalia.  Mereka sangat enjoy dan bersahabat dengan kami disepanjang perjalanan travelling ini.  Oiyaaaa perjalanan kami juga mendapat support dari sponsor lho, sebut aja Wave Cloth <<< berbagai merchandise yang menemani perjalanan kami.
Pilihan yang nyaman dan bergaya, pilihlah WAVE CLOTH (“Iklan” )
Satu hari full kita mengunjungi pulau-pulau menawan dengan dibarengi Snorkling yang fantastic dan itu kami lakukan hingga hari ketiga selama di Karimunjawa. Dan tentu saja masakan cumi ala bu Endang memang enaakkk,:))
thanks mas Alex, Bu Endang, Pak Supriyanto, Kasat Bahari Ekspress, Danramil Karimunjawa, mas dendii (snorkling guide), mba Artha, mas Pothet dan BRI Cabang Karimunjawa atas kebaikannya mempersilahkan kami nonton bola tengah malam :))

Menjangan Island


resort

Cemara Island

Gosong Island
Under Wave

Under Wave
swimming with shark